Jumat, 08 November 2013

PENDEKATAN SOSIOLOGI TENTANG PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sosiologi merupakan bidang kajian yang memiliki implikasi penting terhadap tumbuh kembangnya manusia dalam masyarakat, termasuk tumbuh berkembangnya mereka dalam dunia pendidikan. Sosiologi memberi sumbangan yang berarti bagi mereka yang tertarik dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Sosiologi juga membantu upaya melakukan perubahan dan reformasi sosial melalui berbagai cara. Sosiologi pendidikan dalam hal ini, bisa membantu memberi bahan berharga dalam rangka melihat proses pendidikan dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan.
Sosiologi pendidikan dapat membantu memahami perencanaan, proses implementasi dan implikasi penerapan program maupun kebijakan pendidikan tertentu. Sebagaimana peran sosiologi pada umumnya, maka sosiologi pendidikan juga memberikan sumbangan pencerahan, menawarkan kepada setiap orang maupun kelompok mana saja yang tengah berusaha melakukan perubahan dalam penyelenggaraan proses pendidikan.
Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah
1.      Apa saja pendekatan sosiologi tentang pendidikan?
2.      Tokoh siapa saja yang menjadi peletak fondasi sosiologi pendidikan?
3.      Siapa saja penguat fondasi sosiologi pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami, diantaranya adalah:
1.      Mengetahui Apa saja pendekatan sosiologi tentang pendidikan.
2.      Mengetahui tokoh siapa saja peletak dan penguat fondasi sosiologi pendidikan.
3.      Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
4.      Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan sosiologi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Sosiologi Tentang Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial mempengaruhi proses dan outcome pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan seperti dikatakan sargent (1994) merupakan instrument untuk mengatasi kesenjangan, mencapai derajat kesetaraan yang tinggi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang baik bagi siapa saja. Pembelajar memiliki semangat dan motivasi mengejar inspirasi menuju kemajuan dan usaha menjadi manusia yang terbaik. Pendidikan seperti dikatakan oleh schofield (1999) memposisikan diri sebagai tempat bagi mereka untuk mengembangkan diri berdasar keunikan potensi dan kepentinganya masing-masing.
Sosiologi pendidikan memerlukan alternatif jika ingin memahami sistem pendidikan. Dalam hal ini perlu pemahaman dasar tentang relitas, bagaimana kita memandang peristiwa  dan situasi disekitar kita serta cara kita memberikan respon. Kini kita memasuku abad ilmu pengetahuan atau yang sering juga dikenal sebagai knowledge socielty. Dalam masyarakat seperti ini, ilmu pengetahuan menjadi instrument penting dalam perkembangan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan sebagai institusi yang terkait erat dengan proses produksi dan reproduksi pengetahuan menjadi sdemakin penting.
Masyarakat berbasis ilmu pengetahuan memiliki tradisi yang berbeda dengan masyarakat sebelumnya. Cara mengembangkan tindakan, memilih identitas, mengajukan persoalan dan jawaban, selalu dikaitkan dengan tradisi keilmuan. Dunia pendidikan harus memahami lalu mentransformasikan  kedalam proses pembelajaran bagaimana masyarakat mengembangkan tindakan, memilih identitas, mengajukan persoalan dan jawaban.
Menghadapi perkembangan seperti itu, maka pendidikan sebagai institusi produksi dan reproduksi pengetahuan, menjadi semakin membutuhkan perangkat analisis dalam memahami perubahan perilaku masyarakat. Ada beberapa alasan yang mendasari pengembangan pendidikan yang harus dilandasi konsep dan teori-teori sosial.
Pendidikan mau tidak mau harus bisa menyiapkan sebuah generasi yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju masyarakat berbasis pengetahuan itu. Jika pendidikan tidak menghasilkan manusia yang siap memasuki masyarakat dengan segala bentuk tuntutan dan karakternya, maka pendidikan dianggap gagal memberikan bekal dan prasyarat memasuki perubahan dan masa depan. Pendidikan, sekolah dan guru, harus bisa membekali siswanya kemampuan kreatif dengan memberi pengetahuan dan pengalaman hidup secara profesional ditengah masyarakat ekonomi dan masyarakat pengetahuan. Beri pengetahuan profesional kepada siswa, kreatifitas dan kapabelitas mamahami dunianya yang berubah, dengan segala dampaknya, tempat mereka akan bekerja dan menjalani kehidupan. “ you have to listent to the river if you want to catch atrout”  kata pepatah orang-orang irish. Jadi kalau kita ingin menangkap ikan maka kenali sungainya. Jika kita ingin berhasil dalam memasuki masyarakat ekonomi, masyarakat pengetahuan, maka perlu dikenali karakternya disinilah perlunya dunia pendidikan memanfaatkan jasa pemikiran sosiologis.
2.2  Peletak Fondasi Sosiologi Pendidikan
1. Sumbangan Karl Marx (1818-1883)
   Marx lahir dari keluarga Yahudi di Trier, Jerman, pada 1818. Ibunya berasal dari keluarga Rabbi Yahudi, sedangkan ayahnya berpendidikan sekuler dan pengacara yang sukses. Ketika suasana politik tidak menguntungkan bagi pengacara Yahudi, ayah dan keluarganya pindah menjadi pemeluk agama Protestan. 1841 Marx meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang dipengaruhi oleh pemikiran Hegel dan pengikutnya yang kritis. Karl Max dikenal aktif dalam berbagai gerakan buruh dan komunis. Karl Max dipahami oleh berbagai penulis teks buku Sosiologi Pendidikan seperti Ivor Morris (1972), K.W. Prichard, dan T. H. Buxton(1973), Philip Robinson (1986) dan Maureen T. Hallinan(2000) tidak banyak memberikan sumbangan teoritis terhadap pengembangan sosiologi pendidikan, namun Marx sangat berpengaruh terhadap cara berpikir tentang pendidikan dan masyarakat. Dan berikut ini sumbangan Marx:
a.         Pendekatan Materialisme Historis
Ada empat sentral konsep penting dalam mmahami pendekatan materialisme historis (Morisson,1995). Pertama, Means of Production, Kedua, Realition of Prodduction (hubungan Produksi), ketiga mode of production, ke empat (force of production).
Perubahan cara produksi itulah yang menyebabkan adanya perubahan sosial budaya dan dimensi pendidikan. Perubahan cara produksi tersebut terletak pada teknologi baru, penemuan sumber-sumber baru, atau perkembangan baru lain apapun dalam bidang kegiatan produktif (Johnson, 1986 : 132 ).
Karena cara produksi berubah, maka muncul kontradiksi antara cara produksi dan hubungan produksi. Ketika kontradiksi telah merusak parah keseimbangan, maka ia akan berdampak pada perubahan terhadap hubungan produksi seperti perubahan pada pembagian kerja, dasar dan bentuk struktur kelas. Pada gilirannya dapat mengubah mode produksi.
b.         Teori Alienasi
Kapitalisme telah menyebabkan manusia mengalami alienasi karena hasil kreativitas produsen menjadi terasing/ diasingkan dari produsen itu sendiri. Alienasi ini bisa berupa : (1) produk diluar kontrol dari produsen seperti jenis, kualitas, kuantitas, harga, dan pemasaran produk (2) produsen harus menyesuaikan diri dengannya seperti mengikuti kapasitas produsen mesin. Oleh karena itu, menurut McLellan (1973 :111), manusia mengalami alienasi dalam tiga arti. Pertama : manusia teralienasi dari produk kerjanya sendiri dalam arti bahwa ia hanya sekadar embel-embel dari proses produksi, sebagai pelayan mesin atau orang yang memindahkan kertas di kantor. Kedua, manusia juga teralienasi dari dirinya sendiri dalam arti bahwa ia bekerja karena terpaksa, dan sebagai akibatnya manusia diubah menjadi hewan” karena ia hanya merasa senang apabila melakukan fungsi-fungsi hewani, yakni makan, minum, dan memiliki anak-anak.” Terakhir manusia teralienasi dari sesamanya. Hubungan yang ada di tempat kerja mempengaruhi hubungan dalam kehidupan di luar kerja.
c.          Teori Perubahan Sosial
Pada The Communist Manifesto, Marx menyatakan “sejarah dari semua masyarakat hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas.” Perjuangan kelas berakar dari adanya pembagian kerja dan pemilikan pribadi. Keberadaan pembagian kerja dan pemilikan pribadi menghasilkan kontradiksi yang dalam dan luas pada masyarakat, yaitu antara kelompok yang tidak memiliki serta menciptakan stratifikasi sosial dalam masyarakat yaitu kelas pemilik dan kelas bukan pemilik.
d.         Tentang Agama
Menurut Marx “agama sebagai candu masyarakat”. Pernyataan ini dapat dipahami karena Marx melihat bahwa superstruktur sosio-budaya, termasuk di dalamnya ideologi politik, dan agama dibangun atas infrastruktur ekonomi (yaitu, alat-alat produksi dan hubungan sosial, termasuk agama didirikan atas dasar infrastruktur ekonomi (yaitu : alat-alat produksi dan hubungan sosial dalam produksi) dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan yang dimiliki oleh infrastruktur ekonomi ini. Pengalaman ayahnya yang berpindah agama dan ekonomi.
2. Emile Durkheim.
Durkheim dilahirkan di Epinal Prancis pada 1858 dari keluarga yahudi, ayahnya Rabi. Studi di Ecole Superieure di paris. Dari 1887 sampai 1902 menjadi guru besar dalam ilmu-ilmu sosial di Bordeux. Pada masa tersebut ia berhasil menulis buku yang monumental yaitu tentang the division of labor in Society, the Rules of Sociological Method, dan Sucide.
Setelah itu, ia pindah ke Universitas Sarbonne di Paris. Kemudian  ia menjadi direktur ilmu pendidikan dan sosiologi pada tahun 1913.
Menurut Durkheim pendidikan itu bukanlah hanya suatu bentuk tetapi bermacam-macam baik dalam arti ideal maupun aktualnya. Oleh karena itu pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri dan kesadaran sosial ( The individual self and the social self, the I and the we or the homoduplex) menjadi suatu paduan yang stabil, disiplin, dan utuh secara bermakna.
Durkheim pada waktu menyampaikan kuliah pengukuhannya di Sorbon (1920), menyatakan bahwa dunia pendidikan harus melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian seirama dengan arus deras transformasi yang berlangsung pada masyarakat modern dan dia menyimpulkan bahwa tidak ada yang melebihi pentingnya pendekatan sosiologi bagi para guru.
Berbeda dengan karl Marx, sumbangan Durkheim terhadap sosiologi pendidikan lebih terasa, terutama berbagai ceramahnya tentang pendidikan yang diterbitkan dalam beberapa buku seperti Education and Society (1956), Moral Education (1961), dan evolution of Educational Thought (1977). Berikut beberapa sumbangan Durkheim bagi sosiologi pendidikan.
a.         Pendekatan Fungsionalisme Sosiologi
Durkheim menegaskan bahwa objek sosiologi ialah fakta sosial. Adapun asumsi tentang fakta sosial meliputi: satu, gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, Atau karakteristik individu lainnya. Dua, oleh karena itu gejala sosial adalah fakta yang riil, maka gejala-gejala ini dapat diamati atau dipelajari dengan metode empiris. Merujuk pada asumsi dan karakteristik fakta sosial di atas maka, fakta sosial harus dianggap sebgai suatu hal yang nyata :
1.        Dalam bentuk material: yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan observasi seperti arsitektur dan norma hukum.
2.        Dalam bentuk non material: yaitu sesuatu yang dianggap nyata, muncul dalam kesadaran manusia, seperti rasa iba, kemarahan, dll.
b.         Tesis Solidaritas Sosial
Durkheim menjelaskan tentang dua tipe solidaritas sosial dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan organik. Perbedaan antara masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan organik memberi dampak pada perbedaan dalam orientasi pendidikan, pengaruh pendidikan terhadap individualitas, ketergantungan, dan konsensus terpenting pilihan politik, dan perbedaan politik individual dengan komunal.
c.          Teori Perubahan Sosial
Durkheim menerangkan bahwa perubahan dari solidaritas mekanik menjadi organik dimulai dengan adanya pertambahan pendudk disertai kepadatan moral, yaitu pertambahan penduduk disertai pertambahan komunikasi dan interaksi antara anggota.
d.         Teori Moralitas
Teori moralitas merupakan pengembangan lanjut dari penerapan metodologi Durkheim tentang fakta sosial Moralitas merupakan realitas yang berada di luar individu. Selanjutnya moralitas memiliki sifat memaksa, di mana semua anggota masyarakat mengindahkan keberadaan fakta moralitas ini. Menurut Durkheim, moralitas memiliki tiga unsur, yaitu semangat disiplin, ikatan pada kelompok, dan otonomi.
3.              Sumbangan Max Weber (1864-1920)
Berikut ini beberapa sumbangan pemikiran teoretisdan metodologis Weber pada sosiologi pendidikan:
a.          Analisis Tipe Ideal dan Metode Verstehen
Analisis tipe ideal merupakan disain kategori interaksi. Tujuan pembentukan tipe ideal ialah untuk memudahkan analisis masalah konkret. Adapun metode verstehen atau juga dikenal dengan metode pemahaman interpretatif, yaitu suatu cara atau usaha untuk memahami suatu tindakan arti/makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain.
b.         Tesis Perkembangan Kapitalisme
Semangat kapitalisme berhubungan dengan etika Protestan, karena memiliki kaitan konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik. Kaitan tesis semangat kapitalisme dan etika Protestan dengan sosiologi pendidkan adalah memberikan inspirasi bagi sosiolog untuk mengembangkan suatu teori dan praksis dalam mengembangkan suatu pelatihan dan pendidikan yang akan meningkatkan motivasi.
c.          Tipologi Tindakan Sosial, Kewenangan, dan Birokrasi
Weber menemukan empat tipe dari tindakan sosial, yakni tindakan rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan afektif, tindakan tradisional. Weber juga membangun tipologi kewenangan dengan tiga tipe, yaitu: kewenangan tradisional, kharismatik, dan legal-rasional. Tipe ideal birokrasi modern yang diusulkan oleh Weber memiliki karakteristik, yaitu: berbagai aktivitas reguler, organisasi kantor mengikuti prinsip hierarki, opereasi birokratis.
4.              Sumbangan George Herbert Mead (1863-1931)
Di dalam buku Mind, Self, and Sopciety, Mead menjelaskan tahap pengembangan diri (self) manusia. Mead juga mengajukan konsep diri sebagai “I” dan “me”. “I” merupak diri sebagai subjek, bagian diri yang aktif, spontan, dan kreatif. Adapun “me” merupakan diri sebagai objek dan sikap yang diinternalisasi melalui interaksi kita dengan orang lain.
2.3  Penguat Fondasi Sosiologi Pendidikan
Penguat Fondasi Sosiologi Pendidikan merupakan para tokoh teori sosiologi yang melakukan aktivitas ilmiah berupa revisi, mengembangkannya, dan mempertajam teori yang telah dikembangkan oleh peletak fondasi teori sosiologi seperti Marx, Durkheim, Weber, dan Mead. Adapun tokoh penguat Fondasi adalh sebagai berikut :
1.              Sumbangan Alfred Schutz (1889-1959)
Alfred lahir di Wina pada 13 April 1889 Ia mengikuti kuliah di universitas Wina dibidang ilmu hukum, ekonomi, dan sosiologi (1918-1921) selama di Wina dia juga menghadiri kuliahan Max Weber. Setelah meraih doktor dia bekerja sebagai sekretaris di sebuah Bank di Wina, kemudian pindah bekerja sebagai penasihat hukum pada sebuah Bank swasta pada tahun 1939 migrasi ke Amerika baru pada tahun 1943 menjadi akademisi dan meninggal dunia pada 20 mei 1959.
2.              Sumbangan Antonio Gramsci (1891-1937)
Antonio Gramsci dilahirkan di Sardinia pada 1891. Dia pergi ke Turin sebagai seorang mahasiswa yang aktif di bidang politik dan jurnalis sampai 1918. Setelah itu, ia aktif dalam politik melalui keterlibatan dalam gerakan buruh dan partai sosialis Italia dan kemudian mendirikan Partai Komunis. Gramsci dipandang sebagai seorang intelektual yang dipengaruhi pemikiran Marx. Pemikiran Gramsci yang paling banyak dikutip oleh para ilmuan sosial dan humaniora adalah konsep hegemoni. Apa hubungan antara hegemoni dan sosiologi pendidikan? Pendidikan dilihat memiliki peran yang strategis dalam mengabsahkan hegemoni yang dominan.
3.              Sumbanagn Talcott Parsons (1902-1979)
Talcot Persons lahir pada 13 desember 1902 di Colorado Springs, Colorado, Amerika serikat dari seorang anak pendeta yang iontelektual. Ia menamatkan sarjana mudanya dalam bidang dtudi biologi di Kolese Amherst (1920-1924). Kemudian dia mengikuti program Pasca Sarjana di London School of Economics pada tahun 1924. Selanjutnya, dia pergi ke Heidelberg, Jerman, tempat  ia memulai Tesis doktoralnya, sehingga dia berkenalan dengan berbagai karya ilmuan sosial jerman seperti  Karl Marx , Max Weber, Sombart.
4.              Sumbangan Louis Althusser (1918-1990)
Louis Althusser lahir pada 1918 di Birmandreis Aljazair dari pasangan Charles Althusser dan Lucienne Berger. Tujuan Althusser yaitu untuk mengukuhkan Marxisme sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan melepaskannya dari determinisme ekonomi. Apa sumbangan pandangan Althusser pada sosiologi pendidkan? Althusser, menurut Robinson (1986: 47), memandang negara sebagai sebuah mesin penindasan, yang memungkinkan kelas-kelas berkuasa. menjamin dominasi mereka atas kelas buruh.
5.              Sumbangan Piere Bourdieu (1930-2002)
Piere Bourdieu  dilahirkan di kota kecil selatan Perancis pada 1930. Dia diterima di the Ecole Normale Superieure pada 1950an, namun tidak menulis tesis masternya karena ketidak setujuan terhadap nstruktur sekolah yang otoriter. Dia aktif menentang orientasi komunis dari sekolahnya. Pengalaman wajib militer selama dua tahun di Aljazair pada 1958-1960 mendorongnya untuk menulis buku. Setelah itu, dia kembali ke Paris dan mengajar sebagai asisten Raymond Aron. Ketika kedudukan pemimpin College de France lowong karena Raymond Aron memasuki pensiun pada 1981, Bourdieu menggantikannya. Semenjak itu, dia memegang peranan kunci dalam sosiologi Perancis.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1  Simpulan
Pendekatan sosiologi tentang pendidikan yaitu pendidikan sebagai institusi produksi dan reproduksi pengetahuan, menjadi semakin membutuhkan perangkat analisis dalam memahami perubahan perilaku masyarakat. Ada beberapa alasan yang mendasari pengembangan pendidikan yang harus dilandasi konsep dan teori-teori sosial.
Tokoh yang dipandang berjasa dalam meletakkan fondasi sosiologi pendidikan adalah Karl Marx, Emile Durkheim, Max weber, George Herbert Mead.
Tokoh penguat fondasi sosiologi pendidikan adalah Alfred Schutz, Antonio Gramsci, Talcott Parsons, Louis Althusser, Piere Bourdieu.

3.2  Saran-saran
Dengan di susunya makalah ini kita bisa mengerti dan tahu tentang  sosiologi dalam pendidikan, agar kita biasa mengetahui dan memahami tentang ilmu sosiologi pendidika, agar tidak ketinggalan, karena di zaman modern ini kita bias menggunakan sosiologi pendidikan sebagi alat untuk interaksi pembelajaran dari individu satu dengan yang lainya, jadi dengan kita belajar sosoilogi pendidikan kita bisa mengetahui perubahan sosial dan dapat memberikan pengetahuan bagaimana kita dapat menyesuaikan diri atau menempatkan diri di dalam situasi tertentu.

                                               DAFTAR PUSTAKA
                                                                 
 Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK Unnes.
Darussalam, Miftakhul, dkk. 2012 . ”Sosiologi Pendidikan”.Makalah Surabaya: Program Studi Sosiologi Pendidikan Program Pascasarjana Kependidikan Islam IAIN Surabaya.
Maliki, Zainuddin. 2008. “Sosiologi Pendidikan”. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ahmadi, Abu. 2007. “Sosiologi Pendidikan”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar