BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi merupakan bidang kajian yang memiliki implikasi penting terhadap
tumbuh kembangnya manusia dalam masyarakat, termasuk tumbuh berkembangnya
mereka dalam dunia pendidikan. Sosiologi memberi sumbangan yang berarti bagi
mereka yang tertarik dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap apa yang
terjadi di masyarakat. Sosiologi juga membantu upaya melakukan perubahan dan
reformasi sosial melalui berbagai cara. Sosiologi pendidikan dalam hal ini,
bisa membantu memberi bahan berharga dalam rangka melihat proses pendidikan
dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan.
Sosiologi pendidikan dapat membantu memahami perencanaan, proses
implementasi dan implikasi penerapan program maupun kebijakan pendidikan
tertentu. Sebagaimana peran sosiologi pada umumnya, maka sosiologi pendidikan
juga memberikan sumbangan pencerahan, menawarkan kepada setiap orang maupun
kelompok mana saja yang tengah berusaha melakukan perubahan dalam
penyelenggaraan proses pendidikan.
Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang
mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah
1.
Apa saja pendekatan sosiologi tentang pendidikan?
2.
Tokoh siapa saja yang menjadi peletak fondasi sosiologi pendidikan?
3.
Siapa saja penguat fondasi sosiologi pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia
ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya
juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami, diantaranya adalah:
1.
Mengetahui Apa saja pendekatan sosiologi tentang pendidikan.
2.
Mengetahui tokoh siapa saja peletak dan penguat fondasi sosiologi pendidikan.
3.
Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu
memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
4.
Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan sosiologi
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Sosiologi Tentang Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan
kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial mempengaruhi proses dan outcome
pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan seperti dikatakan sargent
(1994) merupakan instrument untuk mengatasi kesenjangan, mencapai derajat
kesetaraan yang tinggi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang baik bagi siapa
saja. Pembelajar memiliki semangat dan motivasi mengejar inspirasi menuju
kemajuan dan usaha menjadi manusia yang terbaik. Pendidikan seperti dikatakan
oleh schofield (1999) memposisikan diri sebagai tempat bagi mereka untuk
mengembangkan diri berdasar keunikan potensi dan kepentinganya masing-masing.
Sosiologi pendidikan memerlukan
alternatif jika ingin memahami sistem pendidikan. Dalam hal ini perlu pemahaman
dasar tentang relitas, bagaimana kita memandang peristiwa dan situasi disekitar kita serta cara kita
memberikan respon. Kini kita memasuku abad ilmu pengetahuan atau yang sering
juga dikenal sebagai knowledge socielty. Dalam masyarakat seperti ini, ilmu
pengetahuan menjadi instrument penting dalam perkembangan masyarakat. Dengan
demikian, pendidikan sebagai institusi yang terkait erat dengan proses produksi
dan reproduksi pengetahuan menjadi sdemakin penting.
Masyarakat berbasis ilmu
pengetahuan memiliki tradisi yang berbeda dengan masyarakat sebelumnya. Cara
mengembangkan tindakan, memilih identitas, mengajukan persoalan dan jawaban,
selalu dikaitkan dengan tradisi keilmuan. Dunia pendidikan harus memahami lalu
mentransformasikan kedalam proses
pembelajaran bagaimana masyarakat mengembangkan tindakan, memilih identitas,
mengajukan persoalan dan jawaban.
Menghadapi perkembangan seperti
itu, maka pendidikan sebagai institusi produksi dan reproduksi pengetahuan,
menjadi semakin membutuhkan perangkat analisis dalam memahami perubahan
perilaku masyarakat. Ada beberapa alasan yang mendasari pengembangan pendidikan
yang harus dilandasi konsep dan teori-teori sosial.
Pendidikan mau tidak mau harus bisa
menyiapkan sebuah generasi yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju
masyarakat berbasis pengetahuan itu. Jika pendidikan tidak menghasilkan manusia
yang siap memasuki masyarakat dengan segala bentuk tuntutan dan karakternya,
maka pendidikan dianggap gagal memberikan bekal dan prasyarat memasuki
perubahan dan masa depan. Pendidikan, sekolah dan guru, harus bisa membekali
siswanya kemampuan kreatif dengan memberi pengetahuan dan pengalaman hidup
secara profesional ditengah masyarakat ekonomi dan masyarakat pengetahuan. Beri
pengetahuan profesional kepada siswa, kreatifitas dan kapabelitas mamahami
dunianya yang berubah, dengan segala dampaknya, tempat mereka akan bekerja dan
menjalani kehidupan. “ you have to listent to the river if you want to catch
atrout” kata pepatah orang-orang irish.
Jadi kalau kita ingin menangkap ikan maka kenali sungainya. Jika kita ingin
berhasil dalam memasuki masyarakat ekonomi, masyarakat pengetahuan, maka perlu
dikenali karakternya disinilah perlunya dunia pendidikan memanfaatkan jasa
pemikiran sosiologis.
2.2 Peletak Fondasi Sosiologi Pendidikan
1. Sumbangan Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir dari keluarga Yahudi di Trier,
Jerman, pada 1818. Ibunya berasal dari keluarga Rabbi Yahudi, sedangkan ayahnya
berpendidikan sekuler dan pengacara yang sukses. Ketika suasana politik tidak
menguntungkan bagi pengacara Yahudi, ayah dan keluarganya pindah menjadi
pemeluk agama Protestan. 1841 Marx meraih gelar doktor filsafat dari
Universitas Berlin, universitas yang dipengaruhi oleh pemikiran Hegel dan
pengikutnya yang kritis. Karl Max dikenal aktif dalam berbagai gerakan buruh
dan komunis. Karl Max dipahami oleh berbagai penulis teks buku Sosiologi Pendidikan seperti Ivor Morris
(1972), K.W. Prichard, dan T. H. Buxton(1973), Philip Robinson (1986) dan
Maureen T. Hallinan(2000) tidak banyak memberikan sumbangan teoritis terhadap
pengembangan sosiologi pendidikan, namun Marx sangat berpengaruh terhadap cara
berpikir tentang pendidikan dan masyarakat. Dan berikut ini sumbangan Marx:
a.
Pendekatan Materialisme Historis
Ada empat sentral konsep penting dalam mmahami pendekatan materialisme
historis (Morisson,1995). Pertama, Means of Production, Kedua, Realition of
Prodduction (hubungan Produksi), ketiga mode of production, ke empat (force of
production).
Perubahan cara produksi itulah yang menyebabkan adanya perubahan sosial
budaya dan dimensi pendidikan. Perubahan cara produksi tersebut terletak pada
teknologi baru, penemuan sumber-sumber baru, atau perkembangan baru lain apapun
dalam bidang kegiatan produktif (Johnson, 1986 : 132 ).
Karena cara produksi berubah, maka muncul kontradiksi antara cara produksi
dan hubungan produksi. Ketika kontradiksi telah merusak parah keseimbangan,
maka ia akan berdampak pada perubahan terhadap hubungan produksi seperti
perubahan pada pembagian kerja, dasar dan bentuk struktur kelas. Pada
gilirannya dapat mengubah mode produksi.
b.
Teori Alienasi
Kapitalisme telah menyebabkan manusia mengalami alienasi karena hasil
kreativitas produsen menjadi terasing/ diasingkan dari produsen itu sendiri.
Alienasi ini bisa berupa : (1) produk diluar kontrol dari produsen seperti
jenis, kualitas, kuantitas, harga, dan pemasaran produk (2) produsen harus
menyesuaikan diri dengannya seperti mengikuti kapasitas produsen mesin. Oleh
karena itu, menurut McLellan (1973 :111), manusia mengalami alienasi dalam tiga
arti. Pertama : manusia teralienasi dari produk kerjanya sendiri dalam arti
bahwa ia hanya sekadar embel-embel dari proses produksi, sebagai pelayan mesin
atau orang yang memindahkan kertas di kantor. Kedua, manusia juga teralienasi
dari dirinya sendiri dalam arti bahwa ia bekerja karena terpaksa, dan sebagai
akibatnya manusia diubah menjadi hewan” karena ia hanya merasa senang apabila
melakukan fungsi-fungsi hewani, yakni makan, minum, dan memiliki anak-anak.”
Terakhir manusia teralienasi dari sesamanya. Hubungan yang ada di tempat kerja
mempengaruhi hubungan dalam kehidupan di luar kerja.
c.
Teori Perubahan Sosial
Pada The Communist Manifesto, Marx menyatakan “sejarah dari semua
masyarakat hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas.” Perjuangan kelas
berakar dari adanya pembagian kerja dan pemilikan pribadi. Keberadaan pembagian
kerja dan pemilikan pribadi menghasilkan kontradiksi yang dalam dan luas pada
masyarakat, yaitu antara kelompok yang tidak memiliki serta menciptakan
stratifikasi sosial dalam masyarakat yaitu kelas pemilik dan kelas bukan
pemilik.
d.
Tentang Agama
Menurut Marx “agama sebagai candu masyarakat”. Pernyataan ini dapat
dipahami karena Marx melihat bahwa superstruktur sosio-budaya, termasuk di
dalamnya ideologi politik, dan agama dibangun atas infrastruktur ekonomi
(yaitu, alat-alat produksi dan hubungan sosial, termasuk agama didirikan atas
dasar infrastruktur ekonomi (yaitu : alat-alat produksi dan hubungan sosial
dalam produksi) dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan yang
dimiliki oleh infrastruktur ekonomi ini. Pengalaman ayahnya yang berpindah
agama dan ekonomi.
2. Emile Durkheim.
Durkheim dilahirkan di Epinal Prancis pada 1858 dari keluarga yahudi,
ayahnya Rabi. Studi di Ecole Superieure di paris. Dari 1887 sampai 1902 menjadi
guru besar dalam ilmu-ilmu sosial di Bordeux. Pada masa tersebut ia berhasil
menulis buku yang monumental yaitu tentang the
division of labor in Society, the Rules of Sociological Method, dan Sucide.
Setelah itu, ia pindah ke Universitas Sarbonne di Paris. Kemudian ia menjadi direktur ilmu pendidikan dan
sosiologi pada tahun 1913.
Menurut Durkheim pendidikan itu bukanlah hanya suatu bentuk tetapi
bermacam-macam baik dalam arti ideal maupun aktualnya. Oleh karena itu
pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri dan kesadaran
sosial ( The individual self and the social self, the I and the we or the
homoduplex) menjadi suatu paduan yang stabil, disiplin, dan utuh secara
bermakna.
Durkheim pada waktu menyampaikan kuliah pengukuhannya di Sorbon (1920),
menyatakan bahwa dunia pendidikan harus melakukan perubahan-perubahan dan
penyesuaian-penyesuaian seirama dengan arus deras transformasi yang berlangsung
pada masyarakat modern dan dia menyimpulkan bahwa tidak ada yang melebihi
pentingnya pendekatan sosiologi bagi para guru.
Berbeda dengan karl Marx, sumbangan Durkheim terhadap sosiologi pendidikan
lebih terasa, terutama berbagai ceramahnya tentang pendidikan yang diterbitkan
dalam beberapa buku seperti Education and Society (1956), Moral Education
(1961), dan evolution of Educational Thought (1977). Berikut beberapa sumbangan
Durkheim bagi sosiologi pendidikan.
a.
Pendekatan Fungsionalisme
Sosiologi
Durkheim menegaskan
bahwa objek sosiologi ialah fakta sosial. Adapun asumsi tentang fakta sosial
meliputi: satu, gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu
serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, Atau
karakteristik individu lainnya. Dua, oleh karena itu gejala sosial adalah fakta
yang riil, maka gejala-gejala ini dapat diamati atau dipelajari dengan metode
empiris. Merujuk pada asumsi dan karakteristik fakta sosial di atas maka, fakta
sosial harus dianggap sebgai suatu hal yang nyata :
1.
Dalam bentuk material: yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap,
dan observasi seperti arsitektur dan norma hukum.
2.
Dalam bentuk non material: yaitu sesuatu yang dianggap nyata, muncul dalam
kesadaran manusia, seperti rasa iba, kemarahan, dll.
b.
Tesis Solidaritas Sosial
Durkheim
menjelaskan tentang dua tipe solidaritas sosial dalam masyarakat, yaitu
masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan organik. Perbedaan antara
masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan organik memberi dampak
pada perbedaan dalam orientasi pendidikan, pengaruh pendidikan terhadap
individualitas, ketergantungan, dan konsensus terpenting pilihan politik, dan
perbedaan politik individual dengan komunal.
c.
Teori Perubahan Sosial
Durkheim
menerangkan bahwa perubahan dari solidaritas mekanik menjadi organik dimulai
dengan adanya pertambahan pendudk disertai kepadatan moral, yaitu pertambahan
penduduk disertai pertambahan komunikasi dan interaksi antara anggota.
d.
Teori Moralitas
Teori moralitas
merupakan pengembangan lanjut dari penerapan metodologi Durkheim tentang fakta
sosial Moralitas merupakan realitas yang berada di luar individu. Selanjutnya
moralitas memiliki sifat memaksa, di mana semua anggota masyarakat mengindahkan
keberadaan fakta moralitas ini. Menurut Durkheim, moralitas memiliki tiga
unsur, yaitu semangat disiplin, ikatan pada kelompok, dan otonomi.
3.
Sumbangan Max Weber (1864-1920)
Berikut ini
beberapa sumbangan pemikiran teoretisdan metodologis Weber pada sosiologi
pendidikan:
a.
Analisis Tipe
Ideal dan Metode Verstehen
Analisis tipe ideal
merupakan disain kategori interaksi. Tujuan pembentukan tipe ideal ialah untuk
memudahkan analisis masalah konkret. Adapun metode verstehen atau juga dikenal
dengan metode pemahaman interpretatif, yaitu suatu cara atau usaha untuk
memahami suatu tindakan arti/makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan
orang lain.
b.
Tesis Perkembangan Kapitalisme
Semangat
kapitalisme berhubungan dengan etika Protestan, karena memiliki kaitan
konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara
timbal balik. Kaitan tesis semangat kapitalisme dan etika Protestan dengan
sosiologi pendidkan adalah memberikan inspirasi bagi sosiolog untuk
mengembangkan suatu teori dan praksis dalam mengembangkan suatu pelatihan dan
pendidikan yang akan meningkatkan motivasi.
c.
Tipologi Tindakan Sosial, Kewenangan, dan Birokrasi
Weber menemukan
empat tipe dari tindakan sosial, yakni tindakan rasional instrumental, tindakan
rasional nilai, tindakan afektif, tindakan tradisional. Weber juga membangun
tipologi kewenangan dengan tiga tipe, yaitu: kewenangan tradisional,
kharismatik, dan legal-rasional. Tipe ideal birokrasi modern yang diusulkan
oleh Weber memiliki karakteristik, yaitu: berbagai aktivitas reguler,
organisasi kantor mengikuti prinsip hierarki, opereasi birokratis.
4.
Sumbangan George Herbert Mead (1863-1931)
Di dalam buku Mind, Self, and Sopciety, Mead
menjelaskan tahap pengembangan diri (self)
manusia. Mead juga mengajukan konsep diri sebagai “I” dan “me”. “I” merupak diri sebagai subjek, bagian
diri yang aktif, spontan, dan kreatif. Adapun “me” merupakan diri sebagai objek dan sikap yang diinternalisasi
melalui interaksi kita dengan orang lain.
2.3 Penguat Fondasi Sosiologi
Pendidikan
Penguat Fondasi Sosiologi Pendidikan merupakan para tokoh teori sosiologi
yang melakukan aktivitas ilmiah berupa revisi, mengembangkannya, dan
mempertajam teori yang telah dikembangkan oleh peletak fondasi teori sosiologi
seperti Marx, Durkheim, Weber, dan Mead. Adapun tokoh penguat Fondasi adalh sebagai berikut :
1.
Sumbangan Alfred Schutz (1889-1959)
Alfred lahir di Wina pada 13 April 1889 Ia mengikuti kuliah di universitas
Wina dibidang ilmu hukum, ekonomi, dan sosiologi (1918-1921) selama di Wina dia
juga menghadiri kuliahan Max Weber. Setelah meraih doktor dia bekerja sebagai
sekretaris di sebuah Bank di Wina, kemudian pindah bekerja sebagai penasihat
hukum pada sebuah Bank swasta pada tahun 1939 migrasi ke Amerika baru pada
tahun 1943 menjadi akademisi dan meninggal dunia pada 20 mei 1959.
2.
Sumbangan Antonio Gramsci
(1891-1937)
Antonio Gramsci dilahirkan di Sardinia pada 1891.
Dia pergi ke Turin sebagai seorang mahasiswa yang aktif di bidang politik dan
jurnalis sampai 1918. Setelah itu, ia aktif dalam politik melalui keterlibatan
dalam gerakan buruh dan partai sosialis Italia dan kemudian mendirikan Partai
Komunis. Gramsci dipandang sebagai seorang intelektual yang dipengaruhi
pemikiran Marx. Pemikiran Gramsci yang paling banyak dikutip oleh para ilmuan
sosial dan humaniora adalah konsep hegemoni. Apa hubungan antara hegemoni dan
sosiologi pendidikan? Pendidikan dilihat memiliki peran yang strategis dalam
mengabsahkan hegemoni yang dominan.
3.
Sumbanagn Talcott Parsons (1902-1979)
Talcot Persons lahir pada 13 desember 1902 di Colorado Springs, Colorado,
Amerika serikat dari seorang anak pendeta yang iontelektual. Ia menamatkan
sarjana mudanya dalam bidang dtudi biologi di Kolese Amherst (1920-1924).
Kemudian dia mengikuti program Pasca Sarjana di London School of Economics pada
tahun 1924. Selanjutnya, dia pergi ke Heidelberg, Jerman, tempat ia
memulai Tesis doktoralnya, sehingga dia berkenalan dengan berbagai karya ilmuan
sosial jerman seperti Karl Marx , Max Weber, Sombart.
4.
Sumbangan Louis Althusser
(1918-1990)
Louis Althusser lahir pada 1918 di Birmandreis Aljazair dari pasangan
Charles Althusser dan Lucienne Berger. Tujuan Althusser yaitu untuk mengukuhkan
Marxisme sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan melepaskannya dari determinisme
ekonomi. Apa sumbangan pandangan Althusser pada sosiologi pendidkan? Althusser,
menurut Robinson (1986: 47), memandang negara sebagai sebuah mesin penindasan,
yang memungkinkan kelas-kelas berkuasa. menjamin dominasi mereka atas kelas
buruh.
5.
Sumbangan Piere Bourdieu (1930-2002)
Piere Bourdieu dilahirkan di kota kecil selatan Perancis pada
1930. Dia diterima di the Ecole Normale Superieure pada 1950an, namun tidak
menulis tesis masternya karena ketidak setujuan terhadap nstruktur sekolah yang
otoriter. Dia aktif menentang orientasi komunis dari sekolahnya. Pengalaman
wajib militer selama dua tahun di Aljazair pada 1958-1960 mendorongnya untuk
menulis buku. Setelah itu, dia kembali ke Paris dan mengajar sebagai asisten
Raymond Aron. Ketika kedudukan pemimpin College de France lowong karena Raymond
Aron memasuki pensiun pada 1981, Bourdieu menggantikannya. Semenjak itu, dia
memegang peranan kunci dalam sosiologi Perancis.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Pendekatan
sosiologi tentang pendidikan yaitu pendidikan sebagai institusi produksi dan
reproduksi pengetahuan, menjadi semakin membutuhkan perangkat analisis dalam
memahami perubahan perilaku masyarakat. Ada beberapa alasan yang mendasari
pengembangan pendidikan yang harus dilandasi konsep dan teori-teori sosial.
Tokoh
yang dipandang berjasa dalam meletakkan fondasi sosiologi pendidikan adalah
Karl Marx, Emile Durkheim, Max weber, George Herbert Mead.
Tokoh
penguat fondasi sosiologi pendidikan adalah Alfred Schutz, Antonio Gramsci,
Talcott Parsons, Louis Althusser, Piere Bourdieu.
3.2 Saran-saran
Dengan di susunya makalah ini kita bisa mengerti dan tahu
tentang sosiologi dalam pendidikan, agar kita biasa mengetahui dan
memahami tentang ilmu sosiologi pendidika, agar tidak ketinggalan, karena di
zaman modern ini kita bias menggunakan sosiologi pendidikan sebagi alat untuk
interaksi pembelajaran dari individu satu dengan yang lainya, jadi dengan kita
belajar sosoilogi pendidikan kita bisa mengetahui perubahan sosial dan dapat
memberikan pengetahuan bagaimana kita dapat menyesuaikan diri atau menempatkan
diri di dalam situasi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Munib,
Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK Unnes.
Darussalam, Miftakhul, dkk. 2012 . ”Sosiologi Pendidikan”.Makalah Surabaya: Program Studi Sosiologi Pendidikan Program
Pascasarjana Kependidikan Islam IAIN Surabaya.
Maliki,
Zainuddin. 2008. “Sosiologi Pendidikan”. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ahmadi,
Abu. 2007. “Sosiologi Pendidikan”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar