Kamis, 14 November 2013

KONSEP DASAR LANDASAN MANAJEMEN PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lembaga Pendidikan  merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya Pendidikan adalah “usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan kerap-kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses.
Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis.
Pada saat sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan kelembagaan, seperti dibidang ekonomi, pemerintah, militer, kemasyarakatan, dan pendidikan. Dalam rangka untuk membantu peningkatan mutu pendidikan, para pengelola pendidikan dituntut untuk selalu memperkaya wawasan pengetahuan serta kemampuan yang relevan dengan pekerjaannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat turut menentukan arah perkembangan masyarakat dewasa ini, yang secara langsung berkaitan erat dengan dunia pendidikan.namun persoalan yang  sering muncul adalah menyangkut lulusan yang apabila dihadapkan pada kebutuhan tenaga kerja, sangat terasa betapa rendahnya kualitas sumber daya manusia di negara  kita. Sebagian masyarakat dari dunia pendidikan mengklaim bahwa faktor penyababnya adalah menyangkut sistem dan manajemen penyelenggaraan pendidikan.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah
  1. Apa pengertian lembaga itu sendiri?
  2. Apa yang dimaksud dengan landasan manajemen?
  3. Mencakup apa saja ruang lingkup landasan manajemen pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami, diantaranya adalah:
1.      Mengetahui arti dari landasan manajemen pendidikan serta ruang lingkupnya.
2.      Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
3.      Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan manajemen pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Landasan Manajemen Pendidikan
2.1  Definisi Landasan Manajemen Pendidikan
1.      Definisi Landasan
Landasan secara bahasa dapat diartikan sebgai fondasi,dasar, asas, patokan dan setandar. Landasan merupakan hal terpenting dalam segala hal, karena baik tidaknya sesuatu yang dibuat tergantung dasarnnya.[1]
2.      Definisi Manajemen
Manajemen adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.[2] Selain itu Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.[3]
Para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian, terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan yaitu perencana (Planning), pengorganisasian (Organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, Manajemen diartikan sebagai proses perencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
3. Definisi Pendidikan
Menurut Driyarkara (1980), Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda, pengangkatan manusia muda ke taraf pendidik. Dalam Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan adalah: (a) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi pada orang yang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikapnya.[4]
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diidentifikasikan beberapa ciri  pendidikan, antara lain, yaitu:
a.       Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b.      Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c.       Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Formal dan non formal)[5]
Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan/organisasi dan peningkatan kemanusiaan (human enginering) dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang relevan, efektif, dan efesien dapat terjadi bila di lengkapi dengan sarana yang terbentuk satu wadah organisasi dan ditunjang oleh:
1.      Kelompok pemimpinan dan pelaksanaan
2.      Fasilitas dan alat pendidikan
3.      Program pendidikan dengan sistem pengelolaan yang baik[6].
Menagemen pada hakekatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang telah ditentukan .                                                                                 Sebagai penyelenggara pendidikan menagemen pendidikan tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan . Knezevich (1984:9) mendifinisikan bahwa menagemen pendidikan memiliki berbagai kegiatan yang sangat kompleks dan saling berhubungan . Menagemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efktivitas pelayanan pendidikan , melalui perencanaan , pengambilan keputusan , perilaku ,kepemimpinan , penyiapan alokasi sumber daya , stimulus dan koordinasi personil , penciptaan iklim organisasi yang konduktif , serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didfik dan masyarakat di masa depan . Menagemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orng dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis , yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu .[7]
2.2  Ruang Lingkup Landasan Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada manajemen sekolah. Manajemen pendidikan tidak hanya menyangkut penataan pendidikan formal (sekolah, madrasah dan perguruan tinggi), tetapi juga pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal, seperti TPA/TPQ, pondok pesantren, lembaga-lembaga kursus maupun lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di masyarakat: majlis taklim, PKK, karang taruna, pembinaan wanita dan yang lainnya. Untik memudahkan bahasan ini, maka penulis lebih banyak menggunakan istilah “sekolah” untuk mewakili kegiatan pendidikan formal.
Ruang lingkup manajemen organisasi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu manajemen administrative dan manajemen operatif.
Manajemen administrative: Bidang kegiatan ini disebut juga management of administrative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi /kelompok kerja sama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Manajemen operatif: Bidang kegiatan ini di sebut juga managemen of operative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar semua orang yang melaksanakan pekerjaannya yang menjadi tugas masing-masing dapat dengan tepat dan benar.[8]
Adapun ruang lingkup menajemen pendidikan ini secara lebih rinci dapat di jelaskan sebagai berikut:
1)      Manajemen kurikulum, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan tentang pendataan mata pelajaran/mata kuliah yang diajarkan/dipasarkan, waktu jam yang tesedia, jumlah guru beserta pembagian jam pelajaran, jumlah kelas, penjadwalan, kegiatan belajar-mengajar, buku-buku yang dibutuhkan, program semester, evaluasi, program tahunan, kelender pendidikan, perubahan kurikulum maupun inovasi-inovasi dalam pengembangan kurikulum.[9]
2)      Manajemen ketenagaan pendidikan (kepegawaian), meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penerimaan pegawai baru, mutasi, surat keputusan, surat tugas, berkas-berkas tenaga kependidikan, daftar umum kepegawaian, upaya peningkatan SDM serta kinerja pegawai, dan sebagainya.
3)      Manajemen peserta didik, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penggalangan penerimaan siswa baru, pelaksanaan tes penerimaan siswa baru, penempatan dan pembagian kelas, kegiatan-kegiatan kesiswaan, motivasi dan upaya peningkatan kualitas lulusan dan sebagainya.
4)       Manajemen perlengkapan sekolah,
Manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dikelompokkan menjadi: (1) sarana pendidikan; dan (2) prasarana pendidikan.[10] Sarana dan prasarana pendidikan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pengadaan barang pembagian dan penggunaan barang (inventaris), perbaikan barang, dan tukar tambah maupun penghapusan barang.
5)       Manajemen keuangan/ pembiayaan pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan masuk dan keluarnya dana, usaha-usaha menggali sumber pendanaan sekolah seperti kegiatan koperasi serta penggunaan dana secara efisien.
6)      Manajemen/administrasi perkantoran, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan kantor agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua orang yang membutuhkan serta berhubungan dengan kegiatan lembaga.
7)       Manajemen unit-unit penunjang pendidikan, melipiti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan ddan evaluasi kegiatan unit-unit penunjang, misalnya bimbingan dan penyuluhan (BP), perpustakaan, UKS, pramuka, olahraga, kesenian, dan sebagainya.
8)       Manejemen layanan khusus pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pelayanan khusus, misalnya menu makanan/konsumsi, layanan antar jemput , bimbingan khusus di rumah, dan sebagainya.
9)       Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi tata ruang pertamanan sekolah, kebersihan dan ketertiban sekolah, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah.
10)   Manejemen hubungan dengan masyarakat, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan hubungan masyarakat, misalnya pendataan alamat kantor/orang yang dianggap perlu, hasil kerjasama, program-progran humas, dan sebagainya.
Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga pendidikan, semakin banyak ruang lingkup manajemen yang harus ditangani sekolah. Demikian juga ssebaliknya, semakin rendah dan kecil sekolah semakin ssedikit ruang lingkup manajemen yang harus ditanganinya. Missalnya manajemen sekolah yang tergolong kecil dan bermutu rendah lebih sederhana pengelolaannya seperti sekolah-sekolah dasar yang ada di pelosok desa dibanding dengan manajemen sekolah yang tergolong besar dan maju seperti sekolah Al-Azhar Kebayoran Jakarta, Pondok Modern Ponorogo, MIN Malang I dan sebagainya.[11]


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang relevan, efektif, dan efesien dapat terjadi bila di lengkapi dengan sarana yang terbentuk satu wadah organisasi dan ditunjang oleh:
1.      Kelompok pemimpinan dan pelaksanaan
2.      Fasilitas dan alat pendidikan
3.      Program pendidikan dengan sistem pengelolaan yang baik.
3.2 Saran-saran
Seharusnya untuk meningkatkan mutu pendidikan kita dapat melalui penerapan pengelolaan pendidikan yang baik dan menanamkan moral yang baik bagi anak didik kita. Tanpa adanya penerapan tersebut maka kemungkinan segala upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Serta dengan menjadikan manajeman sebagai landasan pendidikan. Dan berfungsi sebagai berikut :
1.      Manajemen sebagai perencana dalam membangun suatu lembaga atau proses perencana untuk mencapai efektif dan efisien.
2.      Manajemen pendidikan merupakan pokok utama dalam menguasai ilmu pendidikan dan seorang manajer untuk menjadi profesional.
3.      Manajemen pendidikan juga mempengaruhi lingkungan dalam menentukan anak didik atau seorang manajer
4.      Tujuan manajemen untuk mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri.



                                   DAFTAR PUSTAKA           
Nanang Fattah.2001.Landasan Manajemen Pendidikan..Bandung:  PT. RosdaKarya
H. Haadari Nawawi.1989.Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Haji Masagung
Oemar Hamalik.2007.Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Rosdakarya
Made pidarta.1990.Cara Belajar Mengajar Di Universitas Negara Maju.Jakarta:Bumi Aksara
Ibrahim Bafadal.2008.Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.Jakarta:PT.Bumi Aksara
Sugiono,Barto,dkk.2010.Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya:Bintang


[1]http://fillahabadanwahyu.blogspot.com/2011/04/makalah-landasan-pendidikan.html#!/2011/04/makalah-landasan-pendidikan.html
[2] Made pidarta.1990.Cara Belajar Mengajar Di Universitas Negara Maju.Jakarta:Bumi Aksara,5.
[3] Nanang Fattah.1996.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.RosdaKarya,1.                    
[4] Nanang Fattah.1996.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.RosdaKarya, 4
[5] Nanang Fattah.1996.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.RosdaKarya, 5.
[6] Oemar Hamalik.2007.Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung:PT.Rosdakarya, 78-79.
[7][7] Sugiono,Barto,dkk.2010.Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya:Bintang.101.

[8] http://r-vai.blogspot.com/2010/02/ruang-lingkup-manajemen-pendidikan.html

[9] H. Haadari Nawawi. Administrasi Pendidikan. (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989), 68
[10] Ibrahim Bafadal.2008.Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.Jakarta:PT.Bumi Aksara.2.

[11] http://r-vai.blogspot.com/2010/02/ruang-lingkup-manajemen-pendidikan.html

KETRAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa di sekolah dasar. Seperti yang diungkapkan Galda (dalam Supriyadi, 2005: 178) keterampilan berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris (dalam Supriyadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara. Namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah belum bisa dikatakan maksimal, sehingga keterampilan siswa dalam berbicara pun masih rendah.
metode bermain peran adalah metode yang  lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain itu siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangkan dikatakan efisien, dimungkinkan karena proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permainan adalah hal paling menarik untuk anak-anak usia sekolah dasar.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah
  1. Apa yang di maksud dengan membaca cepat?
  2. Apa yang dimaksud dengan membaca dalam hati?
  3. Apa saja yang termasuk ketrampilan menulis itu?

1.3  Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami, diantaranya adalah:
1.      Mengetahui ketrampilan membaca meliputi apa saja.
2.      Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan
3.      Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan bahasa indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Ketrampilan membaca
Keterampilan membaca memang amat diperlukan oleh siapa pun yang mulai memasuki dunia informasi melalui media tulis, baik dengan media buku maupun media lain, termasuk jaringan yang semakin maju. Oleh sebab itu, sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca memerlukan pelatihan dan strategi khusus guna memperoleh hasil yang optimal dari apa yang kita inginkan. Berikut adalah macam-macam ketrampilan membaca:
  1.  Membaca Cepat
Membaca cepat merupakan suatu keterampilan membaca yang dalam waktu seefektif mungkin dapat membaca sebanyak-banyaknya dengan memahami atau mengerti yang dibacanya. Membaca cepat merupakan suatu cara menggunakan berbagai bahan dokumen secara efektif dan cepat yang berkaitan dengan berbagai jenis informasi yang perlu dicerap dan direproduksi. Membaca cepat juga berkaiatan dengan teknik memusatkan perhatian terhadap yang dibutuhkan melalui wacana informasi bacaan.
Pengertian membaca cepat menurut para Ahli:
  1. Tampubolon, 1990 :
Ø  Membaca cepat adalah membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya.
Ø  Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Artinya, seorang pembaca cepat yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai cuaca dan keadaan membacanya.
Ø  Penerapan kemampuan membaca cepat itu disesuaikan dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali (keperluan) dan berat ringannya bahan bacaan.
  1. Colin Rose (2002):
Ø  Membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca sekilas dan pemahaman secara cepat serta biasanya mencegah kita bosan.
Ø  Rumus rata-rata kecepatan membaca:
Jumlah kata yang dibaca          x 60 = kata / menit
Jumlah waktu detik membaca
  Contoh:
600 kata x 60= 9.000 kata / menit
       4 menit    
Tujuan Membaca Cepat
1.      Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat.
2.      Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
3.      Menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan
Manfaat Membaca Cepat
v  Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan;
v  Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan
v  banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat
v  membaca memperluas wawasan
v  membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa
v   membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes
v   membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks yang dibaca.

2.      Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. menggunakan ucapan yang tepat,
2. menggunakan frase yang tepat,
3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. dalam posisi sikap yang baik,
5. menguasai tanda-tanda baca,
6. membaca dengan terang dan jelas,
7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. membaca dengan tidak terbata-bata,
9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
3Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain adalah:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun.
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring.
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk.
5. mengerti dan memahami bahan bacaan.
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca.
7. membaca dengan pemahaman yang baik.
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif dan (II) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
I.                    Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas.Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi:
1. Membaca Survai (Survey Reading)
2. Membaca Sekilas
3. Membaca Dangkal (Superficial Reading)
II.                Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
a.       Membaca Telaah Isi
b.      Membaca Telaah Bahasa

2.2  Ketrampilan Menulis
  1. Konsep Menulis
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik,dll
Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya.
Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan,mengolah, dan mengumpulkan informasi. Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Berikut adalah  jenis-jenis tulisan:
  1. Surat
Kata ‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat adalah kertas yang berisi tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain.
Secara garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat untuk kepentingan sosial.
Surat lamaran sebenarnya merupakan salah satu surat pribadi hanya surat ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk memperoleh suatu pekerjaan. Surat dinas merupakan surat resmi yang digunakan oleh suatu instansi untuk kepentingan administrasi baik pemerintahan maupun swasta. Dari segi bahasa surat dinas memiliki empat ciri yakni:
1)  bahasa yang jelas artinya, bahasa yang digunakan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh si penerima surat
2)   bahasa yang lugas dan singkat artinya, bahasa yang digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit
3)  bahasa yang santun artinya, bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang wajar kepada si penerima surat.
4)  bahasa yang resmi artinya, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang tercermin dari pilihan kata, ejaan, dan struktur kalimat yang digunakan.
  1. Pengumuman dan Iklan
Iklan setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di pasang di media massa, seperti di surat kabar dan majalah, atau di tempat-tempat umum.
Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang berfungsi saling menguatkan, yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo. Sebagaimana dalam wacana, tema memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan isi pesan sekaligus menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber.
Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik pembaca atau calon konsumen yaitu, berbentuk pemberitahuan tentang barang dan jasa; menggunakan metode yang dapat memotivasi; dipasang pada media yang sesuai; menggunakan bahasa yang persuasif dan ilustrasi yang menarik.
  1. Naskah
Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
1.      karangan yang masih ditulis tangan
2.       karangan seseorang yang belum diterbitkan
3.      bahan-bahan berita yang siap untuk diset
4.      rancangan.
Naskah dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan, dalam hal ini adalah karya-karya sastra lama. Karya-karya sastra lama sebelum abad 19 pada umumnya ditulis tangan dengan menggunakan wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu, dan kulit binatang yang dipilih dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Setelah kertas datang dan para penulis mengenal kertas sebagai wadah tulisan, baru kemudian para sastrawan menuliskan karya-karyanya di atas kertas. Selain pada sastra lama, digunakan pula istilah naskah pada satu genresastra yaitu drama. Naskah drama digunakan sebagai bahan latihan sebuah kelompok teater. Sejenis dengan naskah drama terdapat naskah film, sinetron, dan televisi yang fungsinya sama dengan naskah drama.
Pengertian lain mengatakan bahwa naskah adalah karangan yang belum diterbitkan. Contoh untuk memahami definisi ini adalah bahan sebuah buku yang masih dalam proses untuk diterbitkan. Artinya, bahan buku tersebut masih ditelaah, diedit atau disunting. Bahan buku yang masih dalam proses ini (pengolahan) disebut juga naskah. Jenis naskah yang lain adalah naskah berita. Naskah berita berisi informasi yang akan disusun menjadi berita yang akan diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan dengan informasi yang ditulis dan bertujuan untuk diberitahukan kepada khalayak, baik secara tertulis yang berupa selebaran, maupun secara lisan yang berupa ceramah atau pidato juga disebut sebagai naskah. Jenis naskah seperti ini disebut sebagai naskah pengumuman dan naskah pidato.
  1. Karangan
Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif) adalah:
Ø  bersifat metodis dan sistematis
Ø  dalam pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah
Agar suatu karangan mampu memiliki ciri keilmiahannya, karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan material, yang di dalamnya mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan, serta persyaratan formal, yang di dalamnya mencakup tata bentuk karangan yaitu:
v  preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran)
v  main body (isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup
v  reference matter (halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
Karangan dibagi dua yaitu karangan ilmiah dan non ilmiah. karangan ilmiah yaitu karangan yang berbaur penelitian, fakta, dan sudah terbukti adanya. Beberapa contoh karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerita pendek, cerita bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah drama

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
            Membaca cepat merupakan suatu keterampilan membaca yang dalam waktu seefektif mungkin dapat membaca sebanyak-banyaknya dengan memahami atau mengerti yang dibacanya. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Dan yang termasuk ketrampila nmenulis adalah membuat surat baik resmi ataupun tidak resmi, karangan, naskah, pengumuman dan iklan.

3.2 Saran-saran
            Satu hal yang sangat penting untuk Anda lakukan supaya bisa membuat Ketrampilan membaca dan menulis andah menjadi baik yaitu berlatih membaca dari berbagai macam dan bentuk tulisan dalam buku,majalah,dll. Tanpa anda mau berlatih atau sering membaca, pengetahuan yang Anda peroleh dari makalah ini akan menjadi sangat sia-sia. Coba mintalah teman Anda untuk menjadi pendengar sekaligus memberikan masukan atas latihan yang Anda lakukan. Seringlah banyak membaca dan berlatih berbicara, pasti Anda akan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
Mbah Brata Edu.2010.”Ketrampilan Membaca”.Dalam www.google.com. 1Okt2011
Usep Kuswari.2011.”Membaca cepat”.Dalam www.google.com. 8Okt2011
David Haryalesmana Wahid.2009.”Jenis-jenis Membaca dan Karakteristiknya”.Dalam www.google.com. 8Okt2011